Saat Panen Gandum dan Bunga Lavender Tiba

Bila bulir-bulir gandum telah menguning sempurna. dan hamparan bunga lavender menebarkan aroma wangi semerbak. Mengundang ribuan lebah madu mencari nafkah. Merah lembayung warnanya. Membuai ribuan pasang mata para putri remaja, menjumput, menghirup, menciumi, pesona sang bunga.

Pikiran ku hanya teringat pada pada senyum yang tersungging dari para lelaki perkasa, pada aura kegembiraan para perempuan desa, pada keceriaan anak-anak desa menyambut panen padi telah tiba, pada gerombolan ribuan burung pipit berdendang riang, di kampung para petani bertahan hidup, kampung tempat aku dilahirkan dan dibesarkan. Saat mereka terlupa beratnya beban hidup yang mendera. Walaupun untuk sejenak saja.

Di Desa Hitchin, Arlesey, Cambridgeshire, Inggris -25/07/2015

panen_gandum_lavender_1
Memanen Gandum, Hitchin Lavender, UK, 2015 (Model: Keluarga Sahabat Saya)

Panen. Menyebut nama ini, indera rasa dan pikir saya terbawa pada bayangan suasana kegembiraan. Teringat kegembiraan para petani, saat panen raya telah tiba, di kampung halaman. Walaupun, panen tidak selalu mengundang syukur dan senyum atas kebahagian yang bertumpah ruah. Terkadang saat panen malah mengundang nestapa. Saat keadaan diluar kendali menerpa, karena sering kali hama dan bencana alam memupus bayangan kegembiraan itu dengan cara tiba-tiba. Bagaimanapun juga, saat panen adalah konotasi dari saat menuai hasil dari benih asa yang kita tanam, dan kita pupuk saat asa itu mulai tumbuh. Karenanya, kita selalu menanti dan berdoa saat kedatangan panen itu akan tiba.

panen_gandum_lavender_2
The Full Team, di Pintu Gerbang Hitchin Lavender, UK, 2015

Bicara panen, kemaren saya sekeluarga diajak senior saya di Nottingham, bersama rombongan sekitar 20 orang, kembali merasai euforia saat panen tiba. Tentu saja bukan panen raya padi, tetapi panen gandum dan bunga lavender. Nama desanya adalah Hitchin, lebih tepatnya Hitchin Lavender, Arlesey, Cambridgeshire, Inggris. Untuk menuju desa ini dari Nottingham, bisa ditempuh dengan naik kereta api. Dari stasiun kereta api Nottinggham, turun di stasiun kereta api kota Peterborough. Kemudian dari Peterborough, naik kereta api lagi, turun di stasiun Arlesey. Terakhir, naik bus dari Arlesey ke Hitchin Lavender. Dengan rail card, pesan tiket tiga minggu sebelum hari H, dan teknik beli tiket kereta api terputus, harga tiket pp perorang sekitar 10 poundsterling. Sedangkan harga tiket per busnya (all day ticket) perorang sekitar 2.5 poundsterling. Layaknya angkutan pedesaan, bus hanya ada satu jam sekali.

panen_gandum_lavender_3
Hamparan Bunga Lavender, UK, 2015

Memasuki desa ini, aroma pedesaan langsung terasa. Tidak ada trotoar, aroma wangi dari kotoran kuda yang tercecer berderet-deret sepanjang jalan pinggiran sawah, tidak ada lampu merah, mobil yang melaju terlalu kencang, dan suasana yang tenang dan damai. Perlu kehati-hatian yang lebih berjalan di jalanan beraspal di pedesaan di Inggris ini. Terutama jika membawa anak kecil, jangan biarkan anak sampean berjalan sendirian.

panen_gandum_lavender_4
Gadis Jawa Menuai Bunga Lavender, UK, 2015

Sebelum memasuki area gandum dan bunga lavender, kita harus membeli tiket terlebih dahulu. Tiket bisa dibeli di kios yang merupakan tempat makan, dan pusat oleh-oleh ‘perlavenderan’, yang terletak tidak jauh dari sawah.Harga tiketnya, untuk satu orang dewasa adalah 4.5 poundsterling, dan untuk anak dibawah 5 tahun tiketnya gratis alias ora katek mbayar. Dari tiket itu, sampean akan diberi satu buah tas kertas berwarna coklat, dan dipinjami sebuah gunting. Untuk apa? untuk memanen bunga Lavender, dan hasil panenya bisa dibawa pulang, asal tidak boleh melebihi kapasitas tas yang diberikan.

panen_gandum_lavender_5
Ku bahagia ! diantara bunga Lavender, Uk, 2015

Hamparan pohon gandum yang menguning terhampar sejauh mata memandang. Begitu juga, hamparan bunga lavender, membentuk permadani berwarna merah lembayung. Semerbak harum aroma khas bunganya, terasa kuat menusuk hidung. Begitu wangi dan menyegarkan, tetapi tidak memabukkan.

panen_gandum_lavender_6
Menuai Bunga Lavender, UK, 2015

Semua yang datang terlihat ceria dan gembira. Tapi tak ada yang melebihi ekspresi kebahagiaan rombongan kami. Bahkan, sepertinya keceriaan kami melebihi kehebohan sepasang pengantin yang sedang merayakan pesta pernikahan di pinggir sawah yang ditanani gandum dan bunga Lavender ini. Anak-anak, mbak-mbak, emak-emak, bapak-bapak, semuanya dari rombongan kami terlihat begitu bersuka cita. Senyum-senyum tersungging begitu murah, melimpah ruah, ketika kami berada di antara hamparan bunga lavender itu. Menggunting helai demi helai bunga, memasukkanya kedalam tas berwarna coklat. Dan kebahagian mengabadikan semua itu dalam ratusan jepretan-jepretan kamera digital. Yang sebentar lagi tersebar, mengundang ratusan jempol dan komentar, di jagat sosial media belantara maya.

panen_gandum_lavender_7
Peniltiti dan Bunga Lavender

Saya membayangkan keceriaan gadis-gadis, para perempuan desa menuai padi mereka ketika panen raya tiba. Tapi, jangan-jangan saya salah? Menuai padi adalah kesengsaran takdir hidup yang terpaksa harus mereka jalani. Nestapa, gadis desa yang membayangkan menjadi pekerja kantoran yang cantik dan pintar, seperti yang tiap hari mereka lihat di layar televisi mereka.

panen_gandum_lavender_8
Keceriaan Memanen Bunga Lavender

Diantara semua, anak-anak yang terlihat paling sempurna, tulus, dan jujur kebahagianya. Mereka tak menghiraukan jepretan kamera, yang sering dipaksakan oleh emak dan bapak mereka.

panen_gandum_lavender_12
Para Perempuan Pemetik Bunga Lavender, 2015

Mengguntingi setiap helai bunga, bermain bersama teman-teman sebaya, jungkir balik, guling-guling di atas hamparan permadani rumput sawah yang menghijau. Benar, saya iri dengan ketulusan kebahagiaan mereka.

panen_gandum_lavender_9
Anak-anak kami Bermain di Sawah, 2015

Tak terasa, matahari mulai condong ke arah barat. Sayang keceriaan harus segera disudahi. Menyisakan sedikit rasa keletihan di badan. Mengundang pikir di kepala: Keletihan kami tak sebanding dengan letih para petani yang menggarap sawah ladang mereka. Menyisakan rasa tanya di hati: kapan kamu akan memikirkan nasib mereka?

panen_gandum_lavender_10
Teman Perjlanan: Di bawah Awan Lavender

Setiap perjalanan selalu mengajarkan cara lain bagaimana melihat dunia secara berbeda. Hari ini, saya belajar banyak hal tentang hidup. Walau tak bisa saya tulis disini,saya akan selalu mengingatnya hingga saat nanti. Selamat melanjutkan perjalanan hidup kita kawan!

panen_gandum_lavender_11
Teman Perjalanan : The Gentlemen

Terima kasih kepada setiap teman perjalanan! Sampai jumpa di persentuhan perjalanan kita selanjutnya!

6 comments

  1. Jadi ingat sepupu nenekku yang aku panggil Mboke, Cak. Di usia 70+, beliau masih ke sawah — mburuh tani. Rambutnya masih hitam alami (padahal nggak pake shampo urang aring atau apapun), giginya masih komplit karena setiap hari nginang (mengunyah sirih). Dan, Mboke selalu ceria, bahagia, jenis bahagia yang dengan melihat roman mukanya saja, orang bisa ikut ketularan bahagia, bahkan sebelum beliau cerita apa-apa. Mungkin, kerja di kantor, necis, rapi, dan gaji terlihat lebih menjanjikan, tapi pada akhirnya, soal bahagia, adem ayem, yo sopo sing ngerti yo Cak. Semoga kita jadi orang yang selalu berbahagia dengan apapun jalan hidup kita^^ Matur nuwun pengingat e, & fotone cak!

    • Mboke e luar biasa ya put, ya ternyata pada orang2 mereka justru tersimpan kearifan hidup yang luar biasa, mereka yg sering kita hakimi terbelakang, tidak berkemajuan. Eh justru dalam beberapa aspek kita malah mengalami kemunduran. Mungkin, kita harus kembali belajar kearifan hidup pada mereka ya put. Nice sharing.

  2. Suka quotenyanya “Setiap perjalanan selalu mengajarkan cara lain bagaimana melihat dunia secara berbeda.”
    Makasih sudah mendokumentasikan dlam bentuk foto dan tulisan Cak Shon!

    • hehe, terima kasih ide perjalananya mbak Wahyu. I do believe, will be the unforgettable one in the future. Sampai ketemu, di perjalanan selanjutnya mbak !

  3. Wooow.. aku barusan ngelihat di path nya koncoku kang, enek fotone Dianpelangi sing berpose ndik sawah lavender. Lha kok saiki aku moco artikel tentang itu haha berati intinya panen lavender iki wis kondang di seluruh dunia yaa

Leave a comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.