Kembang Taman yang Menyimpan Banyak Kenangan

“Watching something grow is good for morale. It helps us believe in life.”

Myron Kaufmann
Bunga Krokot di teras belakang rumah

Berawal dari sekedar aktivitas untuk membunuh kesuntukan di saat pandemi, berkebun menjadi aktivitas yang sangat menyenangkan buatku. Menanam, merawat, dan menyiram tanaman di pagi hari sebelum memulai aktivitas atau di kala senja setelah penat beraktivitas seharian adalah aktivitas yang tidak saja menyenangkan tetapi juga menenangkan jiwa.

Aroma khas bau tanah tersiram air setelah seharian terpapar terik matahari berpadu dengan aroma wewangian bunga yang tengah merekah rasanya adalah aroma terapi paling romantis di sepanjang ingatan ku akan bebauan di dunia fana ini. Memerhatikan mereka tumbuh dari biji mungil, daun tumbuh berhelai-helai, berbunga, hingga menghadirkan buah yang siap kita santap adalah pelajaran hidup yang semakin menggenapkan pemahamanku akan makna hidup dan kehidupan.

Berproses, tidak instan, tidak datang ujug-ujug. Semua peristiwa kehidupan sudah ada antrian waktunya masing-masing. Akan tiba di saat yang tepat. Betapa belakangan ini, kemudahan teknologi yang memanjakan kita untuk mendapatkan sesuatu dengan mudah dan cepat telah melupakan kita untuk dapat menikmati berproses dan tumbuh sebagai manusia.

Betapa kita telah terperosok jauh untuk selalu melihat sesuatu dari luaran yang seringkali menipu. Bahkan, tega melakukan sesuatu yang tidak semestinya untuk mendapatkan luaran terukur yang kita harapkan. Nilai yang baik, uang yang banyak, jabatan yang tinggi, popularitas dan lain sebagainya. Dan kita merasa tidak berfaedah ketika luaran terukur yang terlihat tidak menakjubkan orang-orang. Tapi, benarkah begitu?

***

Diantara banyak perbedaan diantara kita, aku dan istri kebetulan sama-sama suka berkebun tetapi beda selera. Kalau istri sukanya menanam bunga-bunga kekinian yang sedang trending di jagat maya. Aku sebaliknya, suka menanam bunga-bunga klasik yang mungkin telah banyak dilupakan orang.

Bunga lavender di Taman Belakang Rumah

” apaan sih, bunga kuno jelek kayak gitu di tanam” kata istri ku mengejek yang selalu kubalas tanpa kata-kata, hanya dengan seutas senyum. Dalam hati aku hanya membatin: ” ah, kamu ndak tahu bunga ini menyimpan banyak kenangan saya”.

Entah kenapa, aku selalu merasa memiliki koneksi dengan setiap tanaman yang aku tanam. Diantar tanaman yang menyimpan banyak kenagan itu adalah kembang bawang, kembang krokot, dan lavender.

Kembang bawang-bawangan, daunya hijau seperti daun bawang, bunganya berwarna merah jambu. Mekar sempurna setiap pagi dan petang hari sepanjang waktu. Kembang krokot, hadir dengan bunga mungil berwarna-warni yang juga merekah pagi dan sore hari sepanjang waktu. Lavender dengan bunga-bunga mungilnya berwarna ungu yang aroma wanginya khas dan begitu kuat.

Setiap melihat kembang bawang, ingatanku selalu terbawa pada kenangan sosok almarhumah nenek dengan rumahnya yang besar dan pekarangan depan rumah yang luas dan panjang. Di depan teras rumah nenek hanya ada satu jenis kembang, yaitu tadi kembang bawang. Setiap mekar bunganya seolah memancarkan aura senyum nenek yang begitu welas asih pada ku ketika masih anak-anak.

Bunga krokot membawaku akan ingatan masa kecil yang teramat membahagiakan. Aku dan teman sepermainan di pagi buta, sebelum matahari muncul di ufuk timur, pergi berburu jangkrik diantara gundukan bebatuan kali setail. Jika dapat jangkrik lelaki yang ngeriknya bagus, kami memeliharanya di dalam rumah, dan krokot inilah makanan kesukaanya.

Bunga lavender mengingatkan ku akan peristiwa setiap pagi buta sebelum adzan subuh berkumandang di puncak musim dingin, kami menahan dingin yang menggigit di depan pintu masuk kantor menunggu supervisor kami datang membukakan pintu. Yah, waktu itu kami hanyalah petugas kebersihan kantor di salah satu perusahaan besar futse100 di kota Nottingham. Yang aku ingat di depan pintu kantor itu tumbuh rimbun bunga lavender yang aromanya rasanya masih dapat kubaui hingga sekarang.

Bunga lavender juga mengingatkan ku akan sebuah desa kecil di pinggiran kota Cambridge, Inggris. Desa hitchin namanya. Desa kecil yang tenang, cantik dan mewangi karena pertanian bunga lavendernya. Itu adalah salah satu cerita perjalanan ku yang paling berkesan sepanjang hayat.

Ah, apapun itu ceritanya, having a good connection with plants is always a good story in our heat.

Leave a comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.